Langkah Awal Mencari Saham Unggulan | Daftar Efek Investment Student (DEIS)

Menaiki tangga harus menginjak anak tangganya satu per satu. Artikel ini adalah salah satu anak tangga.
Halo semuanya. Belakangan ini saya sedang kembali lagi memantau saham-saham yang masuk ke dalam daftar pantauan saya. Ada beberapa saham yang saya pilih untuk saya pantau. Dan dari daftar saham tersebut saya memilih beberapa saham untuk saya analisa. Setelah saya analisa lalu saya akan menentukan apakah akan memasukkannya ke dalam portofolio saya atau tidak. Sebagai ganti dari artikel cerita tentang portofolio saya yang sudah lama tidak saya tulis, saya akan menuliskan daftar saham yang masuk ke dalam screener pribadi saya. Dan mungkin ke depannya saya tidak akan lagi menulis cerita tentang portofolio saya, melainkan menulis update tentang daftar saham dari screener yang saya bikin sendiri, itupun akan jarang juga. Saya menggunakan screener di Stockbit yang bisa diakses dengan berlangganan Stockbit Pro (bukan promosi ya). Kalau OJK dan DSN-MUI mempunyai Daftar Efek Syariah (DES) yang berisi saham-saham syariah yang halal untuk dibeli. Sementara yang saya punya adalah Daftar Efek Investment Student (DEIS) yang berisi saham-saham yang masuk screener saya.

Tapi sebelumnya saya ingin menjelaskan bahwa daftar saham ini hanyalah tahap awal dalam menentukan keputusan investasi. Daftar saham ini bukan acuan mengenai saham-saham apa yang bagus dan layak untuk dibeli, melainkan ini hanya saham-saham yang saya dapatkan dari hasil penyaringan dengan menggunakan beberapa indikator. Mungkin jumlah saham yang ada di dalam daftar ini berubah-ubah karena saya tidak menetapkan jumlah sahamnya. Tapi biasanya jumlah sahamnya berkisar antara 50 - 100 saham. Kalau IHSG sedang anjlok otomatis sahamnya nambah karena banyak saham yang earnings yield-nya meningkat. Pertama-tama saya jelaskan dulu indikator apa saja yang saya gunakan. Jangan langsung geser ke bawah supaya paham kenapa saham-saham yang ada di bawah bisa masuk ke dalam DEIS.


Indikator apa saja yang saya pakai?



Interest Coverage Ratio (ICR)
Rasio ini berguna untuk melihat seberapa besar laba perusahaan sebelum pajak dan bunga (EBIT) untuk membayar beban bunga hutang yang dimiliki perusahaan. Fungsinya sejenis dengan rasio Debt to equity (DER) untuk melihat kesehatan keuangan perusahaan. Tapi rasio ini lebih spesifik dari DER karena tidak hanya melihat jumlah hutang tapi juga melihat kemampuan perusahaan dalam membayar bunga hutang. Saya menetapkan rasio ICR lebih besar dari 3 karena apabila ICR perusahaan sebesar 2 artinya setengah dari laba perusahaan dihabiskan untuk membayar bunga hutang. Angka 3 pun sebenarnya masih terlalu rendah. Paling tidak di atas 4 sudah lumayan bagus. Tapi untuk melonggarkan screening saya tetapkan angka 3 agar pilihan saham sedikit lebih banyak. Untuk analisa lebih lanjut bisa saja perusahaan yang memiliki ICR 3 juga bagus apabila perusahaan tersebut memang memiliki keunggulan kompetitif yang bisa diandalkan.

Rumus Sakti Joel Greenblatt
Hasil gambar untuk magic formula greenblatt
gambar dari stockpedia.com
Indikator utama yang saya pakai adalah earning's yield dan ROC Greenblatt. Penjelasan tentang dua rasio tersebut ada di artikel ini. Intinya rumus yang disebut oleh Joel Greenblatt sebagai rumus sakti tersebut membantu untuk menemukan perusahaan yang bagus yang bisa dibeli pada harga yang murah. Earning's yield fungsinya sama seperti PER yaitu sebagai rasio valuasi relatif untuk mencari perusahaan yang murah. Sedangkan ROC sama seperti ROE yang berfungsi untuk melihat seberapa besar tingkat balik modal perusahaan untuk mencari perusahaan yang bagus. Saya menetapkan angkat 10% dalam screener saya untuk ROC dan earning's yield. Jadi perusahaan yang masuk ke dalam DEIS adalah saham-saham yang memiliki ROC dan Earning's yield lebih besar dari 10%.


Tindakan analisa lebih lanjut terhadap rasio ROC adalah melihat seberapa stabil ROC dan pertumbuhan laba perusahaan. Jika stabil maka angka ROC yang dihasilkan oleh perusahaan bisa kita andalkan. Jika tidak stabil dan memiliki standar deviasi yang besar maka tidak bisa kita andalkan angka ROC nya meskipun tinggi. Karena jika perusahaan tiba-tiba labanya meningkat tajam perlu dicari tau apakah itu laba dari hasil operasional normal perusahaan atau hasil dari penjualan aset. Jika laba tersebut hanya berasal dari penjualan aset maka di tahun-tahun berikutnya laba perusahaan akan kembali normal (anjlok) dan tidak setinggi periode sebelumnya.

Untuk earning's yield bisa dicari tau lebih lanjut menggunakan valuasi absolut yang lebih mendetail seperti metode DCF atau metode valuasi absolut lainnya untuk mencari nilai wajar perusahaan. Atau bisa juga sekedar dibandingkan dengan PER-nya dan bisa juga membandingkan earning's yield perusahaan yang masuk DEIS dengan perusahaan lainnya di industri yang sama untuk melihat apakah earning's yield perusahaan lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan kompetitornya. Jika harga saham naik maka earning's yield turun dan apabila angkanya dibawah 10% maka saham tersebut keluar dari DEIS. Kalau sudah memiliki saham yang sebelumnya masuk DEIS lalu saham tersebut keluar dari DEIS karena harga sahamnya naik, maka kita harus tetap memegangnya selama fundamentalnya masih bagus. Kalau mau membeli lagi saham yang keluar dari DEIS perlu pertimbangan lebih lanjut tergantung seberapa bagus perusahaan tersebut. Namun peraturan yang saya terapkan adalah tidak membeli saham di luar DEIS apabila belum memilikinya sama sekali.

Net Profit Margin (NPM)
NPM juga merupakan rasio penting yang menggambarkan seberapa efisien operasional perusahaan. Rasio tersebut juga menjadi indikator awal apakah perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang kuat atau tidak. Biasanya perusahaan yang memiliki NPM yang tinggi dan konsisten mencerminkan bahwa perusahaan tersebut dapat menekan biaya dan/atau dapat memaksimalkan harga produknya. Apabila perusahaan dapat menaikkan harga produk namun produknya tetap laku banyak, di situ lah salah satu tanda keunggulan kompetitif yang kuat.


Ini adalah indikator awal yang menggambarkan keunggulan perusahaan. Biasanya saya menghindari saham yang terlalu tipis marjinnya. Awalnya saya menetapkan peraturan screening NPM di atas 5%. Tapi setelah saya pertimbangkan lagi, banyak juga saham yang memiliki NPM tipis tapi tetap memiliki pertumbuhan laba yang bagus. Jadi saya tidak menetapkan angka minimal untuk rasio ini namun tetap menjadi pertimbangan saya. Apabila ada saham yang memiliki NPM tipis saya lihat dulu perusahaan tersebut bergerak di bisnis apa. Bisnis perdagangan wajar apabila memiliki NPM tipis. Dan lihat juga konsistensi dari pertumbuhan laba. Kalau laba bertumbuh dengan konsisten meskipun NPM tipis boleh lakukan analisa lebih dalam lagi. Bandingkan juga NPM perusahaan dengan kompetitornya sebagai perbandingan keunggulan perusahaan di bisnis yang sama.

Altman-Z Score
Rasio ini adalah rasio untuk mengukur apakah sebuah perusahaan berada pada batas yang aman dari ancaman kebangkrutan. Komponen yang dihitung dalam rasio altman-z score adalah Working Capital, Retained Earnings, EBIT, dan Market Value of Equity. Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai bagaimana perhitungan rasio ini bisa anda cari sendiri di google karena saya belum membahasnya di blog saya. Berbagai versi perhitungan altman-z score tidak terlalu jauh berbeda, mungkin hanya berbeda nol koma sekian atau satu. Yang saya gunakan adalah perhitungan dari Stockbit dengan angka altman-z score minimal 1,1. Angka 1,1 tersebut sebenarnya hanya untuk melonggarkan screener tapi untuk pemilihan sahamnya sendiri saya cukup mempertimbangkan dengan ketat apabila perusahaan memiliki angka di bawah 2.


Debt to Equity Ratio (DER)
Ini rasio yang masih sejenis dengan altman-z score dan ICR yang mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Saya rasa rasio DER ini merupakan rasio yang sudah sangat familiar dipakai banyak orang. Hampir semua orang mempertimbangkan rasio DER, hanya saja angka toleransi maksimal DER berbeda untuk setiap orang. Screener yang saya gunakan menetapkan angka DER maksimal 2. Angka 2 merupakan angka yang agak longgar namun masih dalam batas aman.

Price to Book Value (PBV)
Rasio ini merupakan rasio pelengkap valuasi earning's yield. Rasio ini mengukur seberapa mahal harga saham jika dibandingkan dengan nilai buku (ekuitas) per saham. Rasio ini bukan menjadi acuan utama dalam memilih saham namun hanya sebagai indikator untuk melihat kewajaran harga saham dibandingkan dengan nilai bukunya. Karena biasanya perusahaan yang memiliki ROC tinggi memiliki PBV yang sangat tinggi. Wajar saja PBV tinggi apabila ROC tinggi karena yang lebih penting adalah ROC yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Saya menetapkan angka maksimal PBV 10. Ya, sangat longgar namun tetap saya batasi karena belajar dari kasus saham LPPF yang memiliki ROC tinggi namun PBV nya pun sangat tinggi (pernah di atas 10 kalo tidak salah) dan ketika laba bersihnya turun harga sahamnya pun ikut turun drastis (dari belasan ribu ke empat ribu). Jadi karena PBV hanya sebagai pelengkap, saya menetapkan angka 10 untuk melonggarkan penyaringan namun tetap ada batas.


Daftar Efek Investment Student
Jadi, untuk saat ini saham apa saja yang masuk ke dalam DEIS? Mari kita lihat daftar saham tersebut yang di kelompokkan berdasarkan 9 sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).


Sektor Pertanian

  1. PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk. (DSNG)
Sektor Pertambangan
  1. PT. Adaro Energy, Tbk. (ADRO)
  2. PT. Baramulti Suksessarana, Tbk. (BSSR)
  3. PT. Bayan Resources, Tbk. (BYAN)
  4. PT. Dian Swastatika Sentosa, Tbk. (DSSA)
  5. PT. Harum Energy, Tbk. (HRUM)
  6. PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITMG)
  7. PT. Mitrabara Adiperdana, Tbk. (MBAP)
  8. PT. Samindo Resources, Tbk. (MYOH)
  9. PT. Tambang Batubara Bukit Asam (PERSERO), Tbk. (PTBA)
  10. PT. Petrosea, Tbk. (PTRO)
  11. PT. Toba Bara Sejahtera, Tbk. (TOBA)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
  1. PT. Alakasa Industrindo, Tbk. (ALKA)
  2. PT. Ekadharma International, Tbk. (EKAD)
  3. PT. Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk. (INKP)
  4. PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. (JPFA)
  5. PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk. (KDSI)
  6. PT. Malindo Feedmill, Tbk. (MAIN)
  7. PT. Panca Budi Idaman, Tbk. (PBID)
  8. PT. Suparma, Tbk. (SPMA)
  9. PT. Indo Acidatama, Tbk. (SRSN)
  10. PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk. (UNIC)
Sektor Aneka Industri
  1. PT. KMI Wire & Cable, Tbk. (KBLI)
  2. PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk. (LPIN)
  3. PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce, Tbk. (SCCO)
Sektor Industri Barang Kosumsi
  1. PT. Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk. (CEKA)
  2. PT. Hartadinata Abadi, Tbk. (HRTA)
Sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan
  1. PT. Adhi Karya (PERSERO), Tbk. (ADHI)
  2. PT. Alam Sutera Realty, Tbk. (ASRI)
  3. PT. Jaya Real Property, Tbk. (JRPT)
  4. PT. Metropolitan Land, Tbk. (MTLA)
  5. PT. Nusa Raya Cipta, Tbk. (NRCA)
  6. PT. Pembangunan Perumahan (PERSERO), Tbk. (PTPP)
  7. PT. Ristia Bintang Mahkotasejati, Tbk. (RBMS)
  8. PT. Total Bangun Persada, Tbk. (TOTL)
  9. PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung, Tbk. (WEGE)
Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
  1. PT. Bukaka Teknik Utama, Tbk. (BUKK)
  2. PT. Indika Energy, Tbk. (INDY)
  3. PT. Inovisi Infracom, Tbk. (INVS)
  4. PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri, Tbk. (NELY)
  5. PT. Pelita Samudra Shipping, Tbk. (PSSI)
  6. PT. Trans Power Maritime, Tbk. (TPMA)
Sektor Keuangan
  1. PT. Mandala Multifinance, Tbk. (MFIN)
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
  1. PT. Astra Graphia, Tbk. (ASGR)
  2. PT. Global Mediacom, Tbk. (BMTR)
  3. PT. Dyandra Media International, Tbk. (DYAN)
  4. PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk. (EPMT)
  5. PT. Erajaya Swasembada, Tbk. (ERAA)
  6. PT. Island Concept Indonesia, Tbk. (ICON)
  7. PT. Jakarta Setiabudi Internasional, Tbk. (JSPT)
  8. PT. Kobexindo Tractors, Tbk. (KOBX)
  9. PT. Multi Indocitra, Tbk. (MICE)
  10. PT. Media Nusantara Citra, Tbk. (MNCN)
  11. PT. Metrodata Electronics, Tbk. (MTDL)
  12. PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. (PJAA)
  13. PT. United Tractors, Tbk. (UNTR)
  14. PT. Wicaksana Overseas International, Tbk. (WICO)
Itulah saham-saham yang termasuk dalam Daftar Efek Investment Student (DEIS) per tanggal 29 April 2019. Sekali lagi saham-saham tersebut bukan saham pilihan yang harus anda miliki, tapi ini adalah langkah awal untuk mencari saham yang bagus. Ini metode penyaringan yang menurut saya bagus namun belum tentu bagus menurut anda. Setiap orang memiliki cara masing-masing dalam mencari saham yang bagus. Seperti misalnya cara Peter Lynch yang tidak menggunakan screener untuk mencari saham melainkan mencari saham dengan mencari produk yang bisa ditemukan dalam keseharian di lingkunan terdekat kita. Itu juga merupakan cara yang bagus untuk menemukan saham unggulan dan saya tetap menggunakan cara itu setelah melakukan screening.


Screening saham sebagai langkah awal berguna untuk memberikan pilihan-pilihan saham yang tidak terlalu banyak untuk anda analisa. Karena jumlah saham publik yang terdaftar di BEI sangat banyak (sekitar 600an lebih) maka tidak mungkin kita melakukan analisa satu per satu semua saham yang ada di BEI. Dengan screening ini setidaknya bisa mempersingkat waktu kita dalam melakukan analisa saham. Langkah awal ini merupakan sebagian kecil dari tahap-tahap analisa lebih lanjut seperti membaca laporan tahunan, membaca public expose, analisa kualitatif manajemen, analisa prospek bisnis, moat, SWOT, BCG, dan lain sebagainya.

Sekian artikel kali ini. Silahkan tinggalkan komentar di bawah atau hubungi saya di media sosial Instagram, Stockbit atau Telegram dengan username @panjinur08 jika ingin berdiskusi lebih lanjut. Atau bisa juga bergabung di grup telegram AFSI (https://t.me/AnalisaFundamentalSaham) jika ingin berdiskusi dengan orang-orang yang ahli dalam analisa fundamental saham. Semoga bermanfaat.

Terima kasih.

0 Comments