Menjauh dari Mr. Market


It's been a long time . . . .

Ya, sudah sangat lama saya tidak menulis artikel baru. Bukan hanya menulis, saya juga tidak memantau market alias pasar dan portofolio saya. Biasanya juga saya membaca buku tentang saham dan belajar saham dari sumber - sumber lainnya, tapi selama beberapa waktu kemarin saya tidak belajar saham sama sekali. Ya bisa dibilang saya 'menjauh dari pasar' untuk sementara waktu.

Awalnya saya menjauh dari pasar karena saya belajar untuk menghadapi Ujian Tengah Semester (UTS) di kampus. Waktu itu juga saya sempat menulis artikel baru tapi artikel tersebut masih 'mangkrak' dan belum selesai sampai sekarang. Ingin saya lanjutkan menulis tetapi saya merasa agak berat untuk menulis. Saya ingin membaca buku dan belajar tentang saham tapi kok rasanya jenuh. Ya, saya merasa penat pikiran saya dan merasa bosan karena saya belajar banyak hal yang menguras pikiran. Mulai dari belajar saham, belajar bisnis, belajar agama, dan belajar di kampus. Selain itu saya juga bersiap-siap akan menghadapi tugas akhir alias skipsi di semester depan nanti.


Dengan adanya rasa jenuh yang sudah mencapai klimaks tersebut, akhirnya saya refreshing melakukan beberapa hobi yang sudah lama tidak saya lakukan. Seperti bermain game online DOTA 2, RF Online, bermain kubus Rubik, dan jalan-jalan santai (jalan kaki bukan pakai kendaraan). Ya intinya seperti itulah. Saya lama tidak menulis artikel baru bukan karena sibuk ini itu melainkan saya sengaja refreshing untuk menyegarkan pikiran. Karena jika dipaksa menulis saat pikiran sedang penat justru hasilnya akan menjadi kurang bagus.

Ngomong-ngomong soal menjauh dari pasar, seorang investor tidak akan merugi jika dia tidak memantau pergerakan saham yang dia miliki. Seorang investor tidak akan kehilangan uangnya jika dia mengabaikan pasar untuk waktu yang lama. Bahkan investor yang sukses justru adalah investor yang bisa tidur nyenyak setelah membeli saham-saham yang menjadi pilihannya. Karena jika seorang investor telah melakukan penyaringan, analisa yang mendalam, dan menemukan saham-saham pilihan yang bagus untuk dipegang dalam jangka waktu panjang, dia pasti akan mendapatkan keuntungan yang cukup bagus dari saham-saham tersebut. Tidak peduli apakah harga saham tersebut turun dalam lalu naik lagi lalu turun lagi (fluktuatif) dalam jangka waktu tertentu, apabila saham yang dibeli adalah saham yang bagus dan dibeli pada harga yang murah, dalam jangka panjang saham tersebut akan memberikan keuntungan.


Ini sangat berbeda dari trader alias pedagang saham yang melakukan jual beli saham dalam waktu singkat, apalagi seorang day trader dan scalper yang membeli saham di pagi hari lalu menjualnya di sore hari pada hari yang sama. Tentu jika pedagang meninggalkan dagangannya (saham) sebentar saja, dia tidak akan mendapatkan apa-apa.

Perbandingan antara investor dan trader saham hampir sama dengan perbandingan antara pebisnis dan pedagang pada bisnis riil. Seorang pedagang membeli barang dari supplier dan menjual dagangannya di pasar secara langsung oleh dirinya sendiri. Jika dia meninggalkan pasar maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Sedangkan seorang pebisnis membangun sebuah usaha, membangun sistem, merekrut karyawan, dan sebagainya. Yang menjalani bisnisnya adalah karyawan-karyawan dan pimpinan dari karyawan tersebut dan sudah ada sistem yang menangani segala kegiatan bisnisnya. Dia akan tetap mendapatkan keuntungan meskipun dia menjauh dari pasar. Walaupun dia memang harus tetap memantau bagaimana kinerja bisnisnya, tetapi pada dasarnya dia hanya tinggal duduk manis menunggu uang datang.


Ya begitu juga dengan trader saham, sama dengan pedagang biasa, dia membeli dan menjual saham hampir setiap hari. Memantau pergerakan saham dan mengambil keuntungan dari fluktuasi jangka pendek. Jika dia menjauh dari pasar maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Mungkin ada beberapa jenis trader yang tidak perlu memantau pasar setiap hari seperti trendfollower, position trader, dan swinger.  Yang saya maksud trader di sini adalah trader secara umum yang melakukan jual beli saham dalam jangka pendek sehingga memaksa mereka untuk memantau pasar setiap hari. Sedangkan seorang investor jangka panjang sama seperti pebisnis, dia melakukan usaha berat di awal, merintis portofolio, menyaring saham, melakukan analisa mendalam, dan sebagainya untuk mendapatkan saham-saham terbaik. Lalu sisanya tinggal mereka percayakan kepada manajemen perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Selama manajemen jujur dan bisnisnya berjalan dengan baik. Tidak akan ada masalah apa-apa jika investor menjauh dari pasar.

Saya sendiri sudah mengalami hal tersebut ketika saya sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa dan menjauh dari pasar. Dan ternyata justru saya mendapatkan keuntungan besar dari IBST. Saya sudah menganalisa IBST sebelumnya, dan pernah saya bahas di artikel Analisa Fundamental IBST. Itu adalah saham bagus yang harganya jauh dibawah harga wajarnya, bahkan saham sejenisnya memiliki PER yang tinggi, waktu itu PER IBST hanya sebesar 5,77 sedangkan saham lain di industri yang sama memiliki PER lebih dari 20. Lalu saya menjual saham tersebut dengan keuntungan 150%.


Namun sayangnya saya belum benar-benar menjadi investor sejati, saya belum menjadi investor cerdas, saya masih menjadi pemula yang bodoh. Saya menjual saham IBST terlalu cepat. Keuntungan 150% itu memang merupakan sebuah keuntungan besar. Saya membeli IBST di harga sekitar Rp. 1.900,- dan menjual di harga Rp. 4.800,-. Namun kita tahu bahwa saat ini harga saham IBST sekitar Rp. 9.000,- lebih. Jika saya masih memegang IBST sampai saat ini maka saya bisa mendapatkan keuntungan dua kali lipat dari keuntungan yang sudah saya dapatkan.

Selain itu, yang membuat saya merasa bodoh adalah saya terlalu plin plan. Saya banyak gonta-ganti saham. Saya beli saham EKAD, CEKA, dan KBLI untuk dipegang jangka panjang tapi malah saya ganti dengan saham lain yang saya pikir lebih bagus. Ya walaupun keputusan saya tidak salah. Menjual saham tersebut dan membeli saham MBSS dan MBAP, lalu kedua saham tersebut naik tajam. Tetapi tetap saja saya merasa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam diri saya. Saya masih belum pantas disebut sebagai investor, investor cerdas, ataupun value investor sejati. Saya tidak bicara soal berapa banyak keuntungan yang didapat. Kalo bicara soal itu, saya bersyukur portofolio saya tumbuh lebih dari 50% sejak awal tahun sampai saat ini. Tapi saya bicara soal perilaku dan penerapan prinsip yang masih belum konsisten sebagai investor sejati. Itu juga yang menyebabkan saya harus refreshing sehingga bisa menyegarkan pikiran lalu kembali belajar menjadi investor sejati.


Ya seperti itu artikel kali ini. Mungkin tidak banyak sesuatu yang bisa anda dapatkan. Saya hanya sekadar menulis apa yang ada di kepala saya dan menceritakan sedikit pengalaman saya. Intinya adalah seperti judul artikel ini "Menjauh dari Mr. Market". Karena investor yang sukses adalah investor yang bisa tidur nyenyak. Dan saya ucapkan selamat berakhir pekan. Sebentar lagi juga akan ada libur natal dan tahun baru. Saya juga mengucapkan selamat bersiap-siap untuk berlibur. Mari kita menjadi investor cerdas, investor yang santai dan investor yang bisa tidur nyenyak.

Terima kasih.

0 Comments