Beberapa waktu yang lalu saya baca buku yang sangat menarik, yaitu "The Little Book That Beats The Market" karya Joel Greenblatt. Joel Greenblatt adalah seorang Value Investor yang cukup terkenal. Buku tersebut saya baca hanya dalam waktu kurang lebih 3 hari karena memang penjelasannya mudah dimengerti dan juga isinya bikin penasaran. Dalam buku itu Joel Greenblatt menjelaskan konsep membeli saham perusahaan yang bagus dengan harga yang murah. Cukup dengan mengikuti konsep itu, maka investor bisa mendapatkan hasil yang memuaskan, bahkan di atas rata-rata. Bagaimana caranya?
Lebih lanjut dijelaskan dalam buku itu tentang bagaimana mendapatkan imbal hasil yang memuaskan hanya dengan membeli perusahaan yang bagus dengan harga murah. Cara itu menghasilkan imbal hasil sebesar 30% per tahun selama 17 tahun. Itu adalah tingkat imbal hasil yang luar biasa melebihi rata-rata dan melebihi indeks S&P 500 yang sebesar 12% per tahun. Cara itu adalah dengan menggunakan rumus sakti yang ditemukan oleh Joel Greenblatt. Lalu memberi peringkat berdasarkan rumus sakti tersebut pada semua saham yang ada di bursa dan memilih 30 saham yang ada di peringkat teratas. Bagaimana rumusnya?
Rumus Investasi Sakti
Inilah yang membuat saya tertarik. Sejak awal membaca buku ini, konsep yang dijelaskan oleh penulis memang sangat menarik dan cocok untuk para Value Investor. Yaitu membeli saham perusahaan yang bagus dengan harga yang murah. Sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Benjamin Graham dan juga Warren Buffet. Joel Greenblatt juga belajar dari dua orang master tersebut. Lalu dia menciptakan sebuah rumus sakti yang dapat memberikan imbal hasil tinggi mengalahkan imbal hasil rata-rata.
Ada dua poin, yaitu mencari perusahaan yang bagus dan mencari perusahaan yang murah.
Mencari perusahaan yang bagus itu bagaimana? Tentunya banyak faktor yang menentukan apakah sebuah perusahaan itu bagus atau tidak. Mulai dari marjin laba sampai tingkat hutang. Joel Greenblatt menjelaskan satu cara, yaitu menggunakan rasio Return on Capital (ROC).
Retun on Capital = EBIT/Capital Employed
EBIT adalah Earnings Before Interests and Taxes. Atau disebut juga Laba Operasi (Earnings from Operation) yaitu laba setelah dikurangi oleh biaya-biaya operasional namun belum dikurangi oleh bunga dan pajak. Joel Greenblatt lebih memilih untuk menggunakan EBIT karena tingkat bunga dan pajak setiap perusahaan berbeda-beda. Jadi, untuk membandingkan tingkat keuntungan perusahaan lebih baik menggunakan EBIT daripada Laba Bersih.
Lalu EBIT dibagi dengan Aset yang terlihat (Tangible Asset) atau Capital Employed. Capital Employed adalah modal yang digunakan perusahaan untuk menjalankan bisnis. Modal tersebut dihitung dengan Working Capital (Aset Lancar dikurangi Hutang Jangka Pendek) ditambah Aset Tetap. Atau Total Aset dikurangi Hutang Jangka Pendek.
Return on Capital ini adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan modal yang digunakan perusahaan. Contoh, Rina membuka sebuah toko dengan modal Rp. 100 juta. Modal itu didapatkan dari modal sendiri sebesar Rp. 80 juta dan hutang bank jangka panjang sebesar Rp. 20 juta. Pada tahun pertama Rina mendapatkan omset sebesar Rp. 80 juta, lalu setelah dikurangi biaya-biaya operasional seperti membayar pemasok, membayar gaji karyawan, promosi dan sebagainya, Rina mendapatkan keuntungan atau Laba Operasi sebesar Rp. 40 juta. Itu belum dikurangi bunga dan pajak. Nah, Rp. 40 juta dibagi dengan Rp. 100 juta adalah 40%. 40% itu adalah Return on Capital.
Selanjutnya mencari perusahaan yang murah. Pada umumnya investor menggunakan rasio PER dan PBV untuk menghitung apakah harga saham sebuah perusahaan murah atau tidak. Tapi Joel Greenblatt memilih menggunakan Earning's Yield daripada PER dan PBV.
Earning's Yield = EBIT/Enterprise Value
Sama seperti Return on Capital, menghitung Earning's Yield juga menggunakan EBIT. Lalu dibagi dengan Enterprise Value. Yaitu Kapitalisasi Pasar (Market Capitalization) ditambah dengan Total Hutang perusahaan. Perhitungan ini mirip dengan Rasio E/P (kebalikan dari PER), namun pada bagian P ditambahkan Total Hutang perusahaan.
Earning's Yield ini adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan harga pasar perusahaan ditambah dengan Total Hutang perusahaan. Contoh, seperti contoh sebelumnya, pada tahun pertama Rina mendapatkan Laba Operasi sebesar Rp. 40 juta. Lalu, Edi ingin membeli toko milik Rina. Rina menawarkan harga jual kepada Edi sebesar Rp. 180 juta. Namun Rp. 180 juta adalah penawaran dengan mengalihkan hutang sebesar Rp. 20 juta milik Rina kepada Edi. Edi harus membayar hutang milik Rina. Atau Edi tidak perlu membayar hutang milik Rina, tapi Rina menawarkan harga sebesar Rp. 200 juta bersih dari hutang. Lalu disetujui harga Rp. 200 juta. Jika Laba Operasi yang dihasilkan tetap sebesar Rp. 40 juta, maka tingkat keuntungan yang dihasilkan Edi dibanding dengan harga beli bersih dari hutang sebesar Rp 200 juta adalah 20% (40 juta/200 juta).
Contoh CLPI
Coba kita terapkan pada kasus nyata. Kita hitung Return on Capital dan Earning's Yield dari Laporan Keuangan tahun 2016 PT. Colorpak Indonesia, Tbk. (CLPI).
Laba Operasi (lihat: Laba usaha) CLPI adalah sebesar Rp. 87.310 juta. Itu adalah laba sebelum perhitungan bunga dan pajak. Lalu Capital Employed CLPI didapatkan dari Total Aset sebesar Rp. 567.560 juta dikurangi dengan Total Liabilitas Jangka Pendek sebesar Rp. 127.377 juta. Didapatkan Capital Employed sebesar Rp. 440.183 juta. Jadi, Return on Capital CLPI yaitu Rp. 87.310 juta dibagi dengan Rp. 440.183 adalah sebesar 19,8%.
Dengan harga saham terakhir Rp. 1.000,- dikali dengan jumlah saham sebesar 306 juta lembar saham, maka Kapitalisasi Pasar CLPI adalah sebesar Rp. 306 Miliyar. Rp. 306 Miliyar ditambah dengan Total Liabilitas sebesar Rp. 138.798 juta didapatkan Enterprise Value CLPI sebesar Rp. 444.798 juta. Jadi, Earning's Yield CLPI yaitu Rp. 87.310 juta dibagi dengan Rp. 444.798 juta adalah sebesar 19,6%.
Rumus itu diterapkan pada semua saham yang ada di bursa, lalu diberi peringkat ROC terbesar sampai terkecil dan Earning's Yield terbesar sampai terkecil. Peringkat tersebut dijumlahkan, lalu ambil 30 saham pada peringkat teratas. Dengan cara itu bisa dihasilkan imbal hasil yang tinggi. Joel Greenblatt telah membuktikan selama 17 tahun didapatkan imbal hasil sebesar 30% per tahun.
Joel Greenblatt menjelaskan bahwa tidak setiap tahun rumus tersebut dapat mengalahkan rata-rata. Ada kalanya rumus tersebut kalah dari rata-rata. Nah, kebanyakan investor gagal dalam menerapkan rumus ini karena tidak tahan melihat portofolio mereka kalah dengan pasar untuk sementara. Joel Greenblatt menjelaskan apabila investor menerapkan rumus ini secara disiplin, maka akan berhasil mendapatkan imbal hasil yang tinggi. Tapi jika investor yang menerapkan rumus ini tidak tahan dengan kekalahan sementara, lalu menggantinya dengan strategi lain, maka yang didapatkan hanyalah kekalahan saja. Investor tersebut berhenti sebelum rumus tersebut bekerja menghasilkan imbal hasil tinggi.
Seperti itulah rumus sakti yang dapat membuat anda mendapatkan hasil investasi yang tinggi. Saya sendiri yakin dengan rumus tersebut karena mudah dipahami dan masuk akal. Ini menjadi salah satu patokan saya dalam memilih saham, walaupun saya tidak membeli sampai 30 saham. Saya sudah menerapkan rumus tersebut dan memberi peringkat pada saham-saham yang sudah pernah saya analisa (kedepannya saya akan menerapkan pada semua saham di bursa). Hasilnya, saham-saham yang sedang saya pegang berada di peringkat teratas. Dibandingkan dengan perhitungan-perhitungan yang lainnya, saham-saham yang saya pegang lolos dalam beberapa kriteria mulai dari kriteria Benjamin Graham, Peter Lynch sampai dengan rumus sakti a la Joel Greenblatt ini (semuanya saya kombinasi dengan trik ATM alias Amati, Tiru, Modifikasi). Jadi, berbagai macam rumus yang ditemukan oleh para Value Investor itu sebenarnya tidak jauh berbeda. Pada dasarnya semua mengacu pada apa yang diajarkan oleh Benjamin Graham, yaitu membeli perusahaan yang bagus dengan harga murah. Kita tinggal pelajari lalu modifikasi sesuai dengan yang kita inginkan.
Cukup sekian tulisan kali ini. Silahkan jika anda ingin mencoba mempraktikkan rumus ini dengan trik ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Silahkan juga apabila ingin memberikan kritik, saran, kesan dan pesan pada kolom komentar di bawah. Semoga bermanfaat.
Terima kasih.
0 Comments