Analisis Fundamental

Analisis fundamental adalah metode analisis perusahaan yang didasarkan pada faktor-faktor fundamental ekonomi suatu perusahaan termasuk sisi kinerja keuangan dan bisnis perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui sifat-sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan publik. 

Teknis analisis fundamental menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang.

Sebelum melakukan analisis fundamental dilakukan pendekatan TOP DOWN yaitu melakukan beberapa analisis yang dilakukan sebelumnya:

1.      Analisis Makro Ekonomi

2.      Analisis Industri

3.      Analisis Keuangan Perusahaan

Macam – Macam Analisi Fundamental

1.      Analisis Makro Ekonomi

Analisis makro ekonomi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui keadaan-keadaan yang bersifat makro dari kondisi ekonomi sekarang yang berpengaruh pada negara diwaktu yang akan datang. Analisis keadaan makro ekonomi sebuah negara sangat penting, karena dengan menganalisis investor dapat mengetahui bagaimana prospek perekonomian ke depan, sekaligus prediksi atau peluang krisis terjadi. Unsur-unsur analisis makro ekonomi yang biasa digunakan anatara lain:

a.       PDB (Produk Domestik Bruto)

b.      Inflasi 

c.       Tingkat Bunga

d.      Fluktuasi Nilai Tukar/Kurs Rupiah

 

Dalam melakukan analisis makro ekonomi tersebut digunakan beberapa ukuran aktivitas ekonomi sebagai berikut:

A.    PDB (Produk Domestik Bruto)

PDB merupakan nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi dalam ekonomi Indonesia dalam suatu periode (biasanya per tahun). Produk Domestik Bruto termasuk faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. Estimasi PDB akan menentukan perkembangan perekonomian Negara.

PDB yang baik adalah PDB yang mengalami kenaikan. Jadi ketika Produk Domestik Bruto meningkat maka menjadi sinyal yang baik bagi investor untuk melakukan investasi.

Dengan meningkatnya jumlah barang konsumsi menyebabkan perekonomian bertumbuh, dan meningkatkan skala omset penjualan perusahaan, karena masyarakat yang bersifat konsumtif. Dengan meningkatnya omset penjualan maka keuntungan perusahaan juga meningkat. Peningkatan keuntungan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut juga meningkat, yang berdampak pada pergerakan IHSG.



Gambar 1 Statistik Produk Domestik Bruto di Indonesia

Sumber: https://www.indonesia-investments.com/

 

B.     Inflasi

Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue), kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Inflasi berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Selain itu, ketidakstabilan ekonomi dan tingkat penjualan juga menimbulkan inflasi. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.

Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi.

Adanya inflasi yang relatif akan berpengaruh terhadap pendapatan dan biaya produksi suatu perusahaan. Jika biaya produksi lebih tinggi daripada pendapatan perusahaan, maka keuntungan perusahaan yang diperoleh mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan investor enggan menginvestasikan modalnya karena return yang diperoleh akan mengalami penurunan.

Gambar 2 Tingkat Inflasi

Sumber: https://www.bi.go.id/


C.     Tingkat Bunga

Bunga adalah nilai, tingkat, harga atau keuntungan yang diberikan kepada investor dari penggunaan dana investasi atas dasar perhitungan nilai ekonomis dalam periode waktu tertentu.

Tingkat suku bunga Bank digunakan untuk mengontrol perekonomian suatu negara.Tingkat suku bunga diatur dan ditetapkan pemerintah yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan perekonomian suatu negara. Suku bunga ini penting untuk diperhitungkan karena rata-rata para investor yang selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar.

Tingkat suku bunga memiliki korelasi yang relatif negatif terhadap investasi. Apabila suku bunga (dalam hal ini adalah SBI) sedang mengalami peningkatan, maka bisa diperkirakan investasi di pasar modal akan mengalami penurunan karena orang-orang lebih tertarik untuk menyimpan uangnya di bank yang menawarkan bunga lebih tinggi ketimbang menginvestasikannya dalam bentuk efek.

Gambar 3 Tingkat Suku Bunga BI

Sumber: https://www.bi.go.id/

 

D.    Fluktuasi Nilai Tukar (Kurs Rupiah)

Nilai Tukar (atau dikenal sebagai Kurs) dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.

Kurs merupakan variabel makro ekonomi yang turut mempengaruhi volatilitas (pergerakan naik turun) harga saham. Depresiasi mata uang domestik akan meningkatkan volume ekspor. Bila permintaan pasar internasional cukup elastis hal ini akan meningkatkan cash flow perusahaan domestik, yang kemudian meningkatkan harga saham, yang tercermin pada IHSG. Sebaliknya, jika emiten membeli produk dalam negeri, dan memiliki hutang dalam bentuk dollar maka harga sahamnya akan turun. Depresiasi kurs akan menaikkan harga saham yang tercermin pada IHSG dalam perekonomian yang mengalami inflasi.

 


Gambar 4  Kurs Rupiah Terhadap USD

Sumber: https://www.bi.go.id/


Kebijakan Makro Ekonomi:

1)      Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan pemerintah. Bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang beredar. 

2)      Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral dalam hal ini adalah Bank Indonesia berupa pengaturan persediaan uang untuk mencapai tujuan tertentu. Kebijakan ini adalah tindakan yang terukur untuk membantu mengatur variabel makro ekonomi, seperti inflasi. Kebijakan ini dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penyesuaian suku bunga, mengubah jumlah uang tunai yang berada di pasar, serta pembelian atau penjualan sekuritas pemerintah.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi).

Alasan mengapa kebijakan moneter dapat memengaruhi return saham yang diterima dikarenakan oleh besar kecilnya tingkat jumlah uang yang beredar. Ketika jumlah uang yang beredar semakin tinggi, maka terdapat kecenderungan meningkatnya kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan mendapatkan supply uang yang lebih tinggi dari biasanya. Ketika supply uang tinggi, maka kegiatan operasional yang bersifat profit oriented juga akan meningkat dan otomatis akan membuat laba perusahaan meningkat pula. Hal ini pada gilirannya nanti akan meningkatkan return saham dari perusahaan yang bersangkutan.

 

0 Comments